Minggu, 29 Januari 2012

OJO KELALEN



Kito menungso seng orep nang dunio sedhilut ae
Semestine kito golek bekalan secukupe
Ojolah sampek kito kabeh dadi kelalen
Njaluklah ampun karo Pengeran Kuoso

Kita manusia hidup di dunia sementara
Semestinya kita kumpul bekalan secukupnya
Janganlah sampai kita semua terlupa
Mintalah ampun pada Yang Maha Kuasa

Opo seng kito dhuwe
Kabeh diselehne
Opo seng diwehne
Terimo wae

Elenglah kito orak kiro pangkate
Seng enom seng tuo
Kito podo wahe
Seng dilakokne

Elek opo pun apik
Mesti eneng balasane
Bareng-bareng kito podo
Dicedeki
Opo wahe Kersane Pengeran Kuoso

Kito menungso seng orep nang dunio sedhilut ae
Semestine kito golek bekalan secukupe
Ojolah sampek kito kabeh dadi kelalen
Njaloklah ampun karo Pengeran Kuoso

Apa yang kita ada
Pinjaman belaka
Apa yang diberi
Bersyukurlah

Kita manusia hidup di dunia sementara
Semestinya kita kumpul bekalan secukupnya
Janganlah sampai kita semua terlupa
Mintalah ampun pada Yang Maha Kuasa

Njaloklah ampun karo Pengeran Kuoso
Mintalah ampun pada Yang Maha Kuas

Sabtu, 28 Januari 2012

AYO REK SINAU BOSO JOWO


""""PARA PENGUNJUNG AKAN KETAGIHAN DENGAN BLAJAR BAHASA JAWA"""""


Bahasa jawa ini juga ada perbezaan diantara satu tempat dan tempat lain, maksud kami perbezaan dari segi istilah dan sebagainya kerana jawa terdiri dari banyak pecahan seperti jawa pegelan, jawa ponorogo dan sebagainya. Oleh itu pelajaran ini hanyalah sebagai panduan bagi mereka yang berminat. Semoga anda beroleh manafaat daripada pelajaran bahasa jawa ini. www.familiazam.com

Kepada yang telah mahir berbahasa jawa, harap dapat menyumbang kan idea dan bahan agar ruangan ini bertambah ceria dan memberi lebih banyak faedah lagi buat pengunjung Famili Azam Dot Com. Klik di sini untuk menghantar sebarang cadangan dan komen.
www.familiazam.com

Perhatian: Untuk mendengar sebutan sila klik pada butang disetiap kategori. (Audio Format Wave, sila gunakan "Sound Recorder" jika default player anda tidak dapat membukanya)

 Page copy protected against web site content infringement by Copyscape

Jawa Melayu
Bacin Busuk
Badek Hapak
Wangi Harum
Amis Hanyir
Lecit Bacin

Jawa Melayu
Adem Sejuk
Anyep Tawar
Anget Hangat
Asin Masin
Legi Manis
Kecut Masam
Pedes Pedas
Pait Pahit
Sepet Kelat

Jawa Melayu
Bulet Bulat
Cilik Kecil
Cendek Pendek
Cep'per Leper
Gedi Besar
Kanthel Tebal
Lonjong Bujur
Pesegi Empat segi
Thowo Panjang
Tipis Nipis

Jawa Melayu
 Saiki  Sekarang
 Engko  Nanti
 Thino iki  Hari ini
 Sesok  Esok
 Sok emben  Lusa
 Minggu ngarep  Minggu depan
 Nda'inggi  Semalam
 Ingin'nanea  Kelmarin
 Mbien  Dahulu
 Kapan-kapan  Bila-bila

Jawa Melayu
Siji Satu
Loro Dua
Telu Tiga
Papat Empat
Limo Lima
Nem Enam
Pitu Tujuh
Wolu Lapan
Songo Sembilan
Sepuluh Sepuluh
Sewelas Sebelas
Rolas Duabelas
Telulas Tigabelas
Rongpuluh Duapuluh
Limangpuluh Limapuluh
Satus Seratus
Sewu Seribu

Jawa Melayu Jawa Melayu
Anak Kualon Anak Tiri Mbakyu Kakak
Anak Mupu Anak Angkat Mbok Mak
Anak Lanang Anak Lelaki Mbarep Anak Sulung
Anak Wedok Anak Perempuan Nyai / Embah Datuk Perempuan
Buyut Nenek Oneng-oneng Moyang
Bapak Bapa Pak Cilik Pak Usu
Bibik Mak Saudara Paman Bapa Saudara
Biras Biras Putu Cucu
Ipea Ipar Ragil Anak Bungsu
Kakang Abang Sapian Atas Si Bungsu
Mbok Cilik Mak Usu Sepupu Sepupu
Mertuo Mentua Yaie Datuk Lelaki

Jawa Melayu Jawa Melayu
Alis Kening Jempol Ibu Jari
Ba'tuk Dahi Jeriji Jari
Bokong Punggung Kuku Kuku
Berengos Misai Kelek Ketiak
Cangkem Mulut Kuping Telinga
Dengkol Lutut Lambe Bibir
Dodo Dada Moto Mata
Endas Kepala Pipi Pipi
Gulu Leher Pundak Bahu
Gorok'an Tekak Pupu Peha
Gi'tok Tengkok Rai'e Muka
Geger Belakang badan Sikut Siku
Ilat Lidah Tungkak Tumit
Irong/Congor Hidung Untu Gigi
I'thep Bulu mata Weteng Perut
Jenggot Janggut Wet'thel Pusat

Jawa Melayu
Kulon Barat
Kiwo Kiri
Kidol Selatan
M'buri Belakang
Ndu'ur Atas
Ngisor Bawah
Lor Utara
Ngarep Depan
Tenggen Kanan
Wetan Timur

Jawa Melayu
Ngahad Ahad
Senin Isnin
Seloso Selasa
Reboh Rabu
Kemis Khamis
Jemuah Jumaat
Setu Sabtu

Jawa Melayu Jawa Melayu
Angop Menguap Ngumbah Mencuci
Kerjo Kerja Ngelangi Berenang
Mangan Makan Njagong Duduk
Melaku Berjalan Ngomong Bercakap
Mbelayu Berlari Ngombe Minum
Mancah Menebas Ngawe-ngawe Melambai2
Mboco Membaca Ngalo Menghalau
Me'nek Memanjat Ndangak Mendongak
Ngelangkah Melangkah Sedakep Berpeluk tubuh
Nguyu Ketawa Turon Baring
Nulis Menulis Turu Tidur
Nyebul Meniup Taren Meminta izin
Nyolong Mencuri Wat'thol Mengadu                       

DI BALIK AKSORO JOWO


HO NO CO RO KO= ONO CARITO= ADA CERITA
DO TO SO WO LO= DATA DAN SAWALA= DATA DAN SAWALA
PO DHO JO YO NYO=PODO JOYO NE=SAMA SAMA JAYA
MO NGO BO THO NGO=MANGGO BATANG IPON
kirang lakung ipon cerito wayang dato kalian sawolo engkang podo podo sekti trus podo kerengan trus podo sedo sedanten,,,, mungkin poro sesepoh onten engkang bade njelaske luweh rinci...

(Informasi ini saya tambahkan untuk mengajak teman-teman yang tidak tahu huruf Jawa untuk tidak takut membaca )

Setelah mengetahui sedikit tentang sejarah huruf Jawa maka mari kita sedikit mengupas beberapa makna filosofis dari huruf Jawa tersebut. Ada begitu banyak makna secara filosofis dari huruf Jawa tersebut dan makna filososfis tsb bersifat cukup general alias tidak hanya untuk orang Jawa saja lho. Ada beberapa versi makna huruf Jawa tersebut, beberapa di antaranya adalah yang dikatakan Pakdhé Wikipedia di sini dan di sana, berhubung Pakdhé Wikipedia sudah bercerita dengan cukup jelas maka saya tidak akan menulis ulang pitutur Pakdhé tersebut.
Sekarang saya akan sedikit mengupas “tafsir” versi lain dari huruf Jawa tersebut. Ki Hadjar Dewantara tidak hanya mencetuskan konsep petuah tentang kepemimpinan yang sangat terkenal, beliau juga berhasil memberi penafsiran mengenai ajaran budi pekerti serta filosofi kehidupan yang sangat tinggi dan luhur yang terkandung dalam huruf Jawa .
Adapun makna yang dimaksud adalah sebagai berikut:
(1) HA NA CA RA KA:
Ha: Hurip = hidup
Na: Legeno = telanjang
Ca: Cipta = pemikiran, ide ataupun kreatifitas
Ra: Rasa = perasaan, qalbu, suara hati atau hati nurani
Ka: Karya = bekerja atau pekerjaan.

(2) DA TA SA WA LA
DA TA SA WA LA (versi pertama):
Da: Dodo = dada
Ta: Toto = atur
Sa: Saka = tiang penyangga
Wa: Weruh = melihat
La: lakuning Urip = (makna) kehidupan.

DA TA SA WA LA (versi kedua):
Da-Ta (digabung): dzat = dzat
Sa: Satunggal = satu, Esa
Wa: Wigati = baik
La: Ala = buruk

(3) PA DHA JA YA NYA:
PA DHA JA YA NYA =Sama kuatnya (tidak diartikan per huruf).

(4) MA GA BA THA NGA :
Ma: Sukma = sukma, ruh, nyawa
Ga: Raga = badan, jasmani
Ba-Tha: bathang = mayat
Nga: Lungo = pergi
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Tetapi selanjutnya dengan sedikit ngawur saya pribadi akan berusaha menyelami dan menjabarkan tafsir huruf Jawa versi Ki Hadjar tersebut sesuai dengan kemampuan saya. Kalau banyak kesalahan ya mohon dimaklumi karena saya bukanlah seorang filusuf, saya hanya ingin mengenal lebih jauh huruf Jawa (walaupun secara ngawur dengan cara sendiri).

(1) HA NA CA RA KA:
Ha: Hurip = hidup
Na: Legeno = telanjang
Ca: Cipta = pemikiran, ide ataupun kreatifitas
Ra: Rasa = perasaan, qalbu, suara hati atau hati nurani
Ka: Karya = bekerja atau pekerjaan.

Dari arti secara harfiah tsb, saya berusaha menjabarkannya menjadi dua versi:

**) Ketelanjangan=kejujuran

Bukankah secara fisik manusia lahir dalam keadaan telanjang? Tapi sebenarnya ketelanjangan itu tidak hanya sekedar fisik saja. Bayi yang baru lahir juga memiliki jiwa yang “telanjang”, masih suci…polos lepas dari segala dosa. Seorang bayi juga “telanjang” karena dia masih jujur…lepas dari perbuatan bohong (kecuali bayi aneh Very Happy ). Sedangkan CA-RA-KA mempunyai makna cipta-rasa-karya . Sehingga HA NA CA RA KA akan memiliki makna dalam mewujudkan dan mengembangkan cipta, rasa dan karya kita harus tetap menjunjung tinggi kejujuran. Marilah kita “telanjang” dalam bercipta, berrasa dan berkarya.

**)) Pengembangan potensi

Jadi HA NA CA RA KA bisa ditafsirkan bahwa manusia “dihidupkan” atau dilahirkan ke dunia ini dalam keadaan “telanjang”. Telanjang di sini dalam artian tidak mempunyai apa-apa selain potensi. Oleh karena itulah manusia harus dapat mengembangkan potensi bawaan tersebut dengan cipta-rasa-karsa. Cipta-rasa-karsa merupakan suatu konsep segitiga (segitiga merupakan bentuk paling kuat dan seimbang) antara otak yang mengkreasi cipta, hati/kalbu yang melakukan fungsi kontrol atau pengawasan dan filter (dalam bentuk rasa) atas segala ide-pemikiran dan kreatifitas yang dicetuskan otak, serta terakhir adalah raga/tubuh/badan yang bertindak sebagai pelaksana semua kreatifitas tersebut (setelah dinyatakan lulus sensor oleh rasa sebagai badan sensor manusia).
Secara ideal memang semua perbuatan (karya) yang dilakukan oleh manusia tidak hanya semata hasil kerja otak tetapi juga “kelayakannya” sudah diuji oleh rasa. Rasa idealnya hanya meloloskan ide-kreatifitas yang sesuai dengan norma. Norma di sini memiliki arti yang cukup luas, yaitu meliputi norma internal (perasaan manusia itu sendiri atau istilah kerennya kata hati atau suara hati) atau bisa juga merupakan norma eksternal (dari Tuhan yang berupa agama dan aturannya atau juga norma dari masyarakat yang berupa aturan hukum dll).
(2) DA TA SA WA LA: (versi pertama)
Da: Dodo = dada
Ta: Toto = atur
Sa: Saka = tiang penyangga
Wa: Weruh = melihat
La: lakuning Urip = (makna) kehidupan.

DA TA SA WA LA berarti dadane ditoto men iso ngadeg jejeg (koyo soko) lan iso weruh (mangerteni) lakuning urip. Dengarkanlah suara hati (nurani) yang ada di dalam dada, agar kamu bisa berdiri tegak seperti halnya tiang penyangga dan kamu juga akan mengerti makna kehidupan yang sebenarnya.
Kata “atur” bisa berarti manage dan juga evaluate sedangkan dada sebenarnya melambangkan hati (yang terkandung di dalam dada). Jadi dadanya diatur mengandung arti bahwa kita harus senantiasa me-manage (menjaga-mengatur) hati kita untuk melakukan suatu langkah evaluatif dalam menjalani kehidupan supaya kita dapat senantiasa berdiri tegak dan tegar dalam memandang dan memaknai kehidupan. Kita harus senantiasa memiliki motivasi dan optimisme dalam berusaha tanpa melupakan kodrat kita sebagai makhluk Alloh yang dalam konsep Islam dikenal dengan ikhtiar-tawakal, ikhtiar adalah berusaha semaksimal mungkin sedangkan tawakal adalah memasrahkan segala hasil usaha tersebut kepada Alloh.

DA TA SA WA LA: (versi kedua)
Da-Ta (digabung): dzat = dzat
Sa: Satunggal = satu, Esa
Wa: Wigati = baik
La: Ala = buruk

DA TA SA WA LA bisa ditafsirkan bahwa hanya Dzat Yang Esa-lah (yaitu Tuhan) yang benar-benar mengerti akan baik dan buruk. Secara kasar dan ngawur saya mencoba menganggap bahwa kata “baik” di sini ekuivalen dengan kata “benar” sedangkan kata “buruk” ekuivalen dengan “salah”. Jadi alangkah baiknya kalau kita tidak dengan semena-mena menyalahkan orang (kelompok) lain dan menganggap bahwa kita (kelompok kita) sebagai pihak yang paling benar.

(3) PA DHA JA YA NYA:
PA DHA JA YA NYA = sama kuat
Pada dasarnya/awalnya semua manusia mempunyai dua potensi yang sama (kuat), yaitu potensi untuk melakukan kebaikan dan potensi untuk melakukan keburukan. Mungkin memang benar ungkapan bahwa manusia itu bisa menjadi sebaik malaikat tetapi bisa juga buruk seperti setan dan juga binatang. Mengingat adanya dua potensi yang sama kuat tersebut maka selanjutnya tugas manusialah untuk memilih potensi mana yang akan dikembangkan. Sangat manusiawi dan lumrah jika manusia melakukan kesalahan, tetapi apakah dia akan terus memelihara dan mengembangkan kesalahannya tersebut? Potensi keburukan dalam diri manusia adalah hawa nafsu, sehingga tidak salah ketika Nabi Muhammad SAW menyatakan bahwa musuh terbesar kita adalah hawa nafsu yang bersemayam dalam diri kita masing-masing.

(4) MA GA BA THA NGA:
     Ma: Sukma = sukma, ruh, nyawa
     Ga: Raga = badan, jasmani
     Ba-Tha: bathang = mayat
     Nga: Lungo = pergi

Secara singkat MA GA BA THA NGA saya artikan bahwa pada akhirnya manusia akan menjadi mayat ketika sukma atau ruh kita meninggalkan raga/jasmani kita. Sesungguhnya kita tidak akan hidup selamanya dan pada akhirnya akan kembali juga kepada Alloh. Oleh karena itu kita harus senantiasa mempersiapkan bekal untuk menghadap Alloh.

,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

Demikian cerita ngawur saya tentang makna huruf Jawa, jika ada kesalahan dan ketidaktepatan mohon dimaklumi karena saya bukan filusuf dan kebetulan saat ini kepala sedang dipenuhi berbagai macam tugas.

*Sekedar alasan atas ketidakmampuan diri hehehe *

Semua hal yang saya diceritakan di atas merupakan keadaan yang ideal dan seharusnya, tetapi jika kenyatannya berkata lain maka itulah ANOMALI DALAM KEHIDUPAN.